Business Trip to Papua Barat (Sorong dan Fakfak)
Hi everyone
Di postingan kali ini aku mau bahas pengalaman aku business trip ke Papua Barat. Jadi di pertengahan September 2017 kemarin, aku dan temanku ditugaskan untuk dinas luar kota ke Fakfak, Papua Barat. Dan ini jadi perjalanan terjauh yang pernah aku lakuin.
Kami dibelikan tiket pesawat Batik Air dari Soekarno Hatta untuk keberangkatan jam 2 pagi. Yes, jam 2 pagi. Ini pertama kalinya juga aku naik pesawat selarut atau sepagi itu. Untuk mencapai Fakfak, kami harus transit di Sorong terlebih dahulu dan beganti pesawat yang lebih kecil untuk menuju Fakfak. Kami tiba di sorong sekitar jam 8 pagi waktu setempat.
Di postingan kali ini aku mau bahas pengalaman aku business trip ke Papua Barat. Jadi di pertengahan September 2017 kemarin, aku dan temanku ditugaskan untuk dinas luar kota ke Fakfak, Papua Barat. Dan ini jadi perjalanan terjauh yang pernah aku lakuin.
Kami dibelikan tiket pesawat Batik Air dari Soekarno Hatta untuk keberangkatan jam 2 pagi. Yes, jam 2 pagi. Ini pertama kalinya juga aku naik pesawat selarut atau sepagi itu. Untuk mencapai Fakfak, kami harus transit di Sorong terlebih dahulu dan beganti pesawat yang lebih kecil untuk menuju Fakfak. Kami tiba di sorong sekitar jam 8 pagi waktu setempat.
Nama bandaranya "Bandar Udara Domine Eduard Osok". Keren kan?
Mandatory selfie in toilet
Himbauan di toilet
Bersih kok.. kita ga nemu sesuatu yang "aneh"
Jadwal keberangkatan kami selanjutnya adalah jam 2 siang. Jadi kami punya 6 jam sisa untuk sedikit jalan-jalan atau ya bengong aja di bandara. Dan disinilah petualangan kami dimulai, hahahaha. Kak Nella, teman dinasku, termasuk tipe orang "Ayo kita jalan!!!" jadi cocok dengan aku yang juga oke aja mau jalan ke manapun. Karna kami belum sarapan, kami berinisiatif untuk mencari sarapan terlebih dahulu dengan keluar bandara.
Sesampainya di depan bandara, ada taman kecil. Ga terlalu banyak pengunjung pagi itu. Kami berkenalan dengan salah seorang polwan yang sedang santai di taman tersebut bersama keluarganya. Bu Dian namanya, menjelaskan pada kami mengenai tempat wisata yang cukup terjangkau dari situ, dan membantu kami mencarikan ojek dan menawarnya. Yeiii kami pun menuju salah satu pantai yang maaf, aku lupa namanya apa, dan ternyata tutup. Akses masuknya ditutup. Alasannya itu minggu pagi, bos dan karyawan lain masih ke gereja. Baiklah.
Lalu kami balik arah dan memutuskan untuk nongkrong di Tembok Berlin. Tembok berlin adalah suatu tempat, dekat dengan pasar dan bandara, yang merupakan tembok menghadap laut. Di tembok ini banyak yang berjualan kelapa muda.
Sesampainya di depan bandara, ada taman kecil. Ga terlalu banyak pengunjung pagi itu. Kami berkenalan dengan salah seorang polwan yang sedang santai di taman tersebut bersama keluarganya. Bu Dian namanya, menjelaskan pada kami mengenai tempat wisata yang cukup terjangkau dari situ, dan membantu kami mencarikan ojek dan menawarnya. Yeiii kami pun menuju salah satu pantai yang maaf, aku lupa namanya apa, dan ternyata tutup. Akses masuknya ditutup. Alasannya itu minggu pagi, bos dan karyawan lain masih ke gereja. Baiklah.
Lalu kami balik arah dan memutuskan untuk nongkrong di Tembok Berlin. Tembok berlin adalah suatu tempat, dekat dengan pasar dan bandara, yang merupakan tembok menghadap laut. Di tembok ini banyak yang berjualan kelapa muda.
Mamam kelapa muda dengan sendok yang terbuat dari serabutnya sendiri
Pemandangan dari tembok berlin. Kapal-kapal itu sedang menuju Raja Ampat katanya
Saat sedang menikmati pemandangan sambil makan kelapa muda, tiba-tiba bu Dian menghampiri kami. Ternyata bu Dian menyusul kami karna ibunya bu Dian khawatir dengan kami yang naik ojek tidak resmi. Fyi, ojek resmi di Sorong pakai helm warna kuning yah. Jadi pastikan naik ojek yang resmi kalau di Sorong. Selanjutnya, bu Dian langsung mengajak kami untuk ikut di mobilnya saja
bu Dian dan ibunya, yang takut kami para gadis kenapa-napa hahaha
Bersama bu Dian, kami diajak berkeliling sebentar lalu mampir di Saga Supermarket. Dan tau apa yang kami temukan? Ada Dumdum! minuman thaitea hitsss itu ada di Sorong! Wow!!!
Sayangnya belum buka, yang jual masih siap-siap jadi belum bisa beli. Dari sini, kami diantar balik ke Bandara.
Karna penerbangan masih lama, dan ga tau harus ngapain, aku dan kak Nella memutuskan untuk keluar lagi. Ga kapok! Tujuan kami adalah Saga supermarket tadi, pengen beli Dumdum hahaha. Tempatnya ga terlalu jauh dari Bandara, cukup naik angkot sekali, dann cuuusss pergilah kami
Nyobain naik angkot di Sorong
Bukti otentik Dumdum ada di Sorong. Hitsss
Muka-muka happy berhasil beli Dumdum
Menunggu lagi. Bandaranya cukup bagus lho, mungkin karna Sorong adalah gerbang masuk ke Raja Ampat
Kami melanjutkan perjalanan dengan Wings Air, dan kalau tidak salah sempat delayed. Sorong - Fakfak membutuhkan waktu 45 menit. Namun karna cuaca buruk, kami di atas agak lama. Bahkan pilot mengumumkan jika dalam waktu 1 jam cuaca tidak membaik, maka pesawat akan terbang kembali ke Sorong
Pernerbangan Sorong - Fakfak. Fyi, bebas pilih tempat duduk. hahahah
Alhamdulillah kami bisa mendarat di Fakfak hari itu dan disambut gerimis. Namun fakta lain mengejutkan kami. Kak Nella sempat tanya, "kita ga salah turun kan? ga salah naik pesawat kan?"
Pemandangan pertama turun pesawat. "Kita ga salah turun kan?" Kak Nella udah was-was
Kita ga salah naik pesawat apalagi salah lokasi. Ini beneran di Fakfak
Menunggu koper, yang kebasahan
Ya! Bandaranya kaya warung kopi! Tapi jangan salah sangka, bandara model begini karna bandara aslinya sedang tahap renovasi. Duh, kaget deh pokoknya hari itu.
Kami dijemput oleh bu Sendy hari itu, dan langsung diajak makan. Karna hari sudah sore, menu yang ada hanya seadanya, hanya tersisa ayam bakar waktu itu. Bu Sendy cerita, untuk ayam sebenarnya sulit didapat di Fakfak. Kalau kosong, bisa 2 minggu. Ayamnya ayam frozen, didatangkan dari Surabaya. Menurut wikipedia, Kabupaten Fakfak dengan ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut merupakan kota tertinggi dan terdingin di Papua Barat. Daerahnya berbukit-bukit naik turun, satu-satunya jalan yang rata ada di dekat pasar, hasil reklamasi.
Kami dijemput oleh bu Sendy hari itu, dan langsung diajak makan. Karna hari sudah sore, menu yang ada hanya seadanya, hanya tersisa ayam bakar waktu itu. Bu Sendy cerita, untuk ayam sebenarnya sulit didapat di Fakfak. Kalau kosong, bisa 2 minggu. Ayamnya ayam frozen, didatangkan dari Surabaya. Menurut wikipedia, Kabupaten Fakfak dengan ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut merupakan kota tertinggi dan terdingin di Papua Barat. Daerahnya berbukit-bukit naik turun, satu-satunya jalan yang rata ada di dekat pasar, hasil reklamasi.
Karna memang tujuan ke sini adalah bekerja, kami ga sempat jalan-jalan di Fakfak ini. No problem, kami tetap senang bisa ke Fakfak. Kapan lagi kan? Oya, selama di sini kami menginap di hotel Grand Papua namanya, hotel bintang 3 yang cukup bagus dan ada wifinya kok heheh
Fakfak pagi hari sebelum kami berangkat kerja
Bersama para mama, yang pengen pajang foto kita bersama di rumahnya :')
Sore hari, pemandangan dari lokasi kerja
Happy kids. Udah bikin plan mau jalan-jalan sama kak Nella. Kita cocok hahaha
So Happy
Fakfak malam hari
Selfie dengan bu Sendy dan Faldo. Terimakasih jamuannyaaa
Selama di Fakfak makan ikan terus. Asli enak bangettt.. maafkan untuk foto yang ga proper. Mana ingat foto kalau pengen buru-buru makan ikan yang asli enak banget hahaha
Jatuh cinta pada cicipan pertama. Colo-colo, sambal khas orang timur. I'm in love with you
Kami di Fakfak hanya 3 hari 3 malam, dan tibalah waktu kami untuk pulang. Selama di sini kami banyak dapat pengalaman baru, teman-teman baru, dan pandangan yang baru tentang Papua, khususnya Fakfak. Nyari barang di sini susah, ayam aja bisa kosong selama 2 minggu. Tiket pesawat mahal, ongkir JNE juga mahalnya minta ampun. Kata para mama "Susah masuk susah keluar". Tapi orang-orang di sini super baik, super ramah, dan semangat majunya tinggi. Suatu hari nanti semoga bisa balik lagi ke sini untuk explore lebih banyak tentang Fakfak
Pemandangan menuju bandara
InshaAllah bisa berkunjung kembali.