Rabu, 05 Desember 2018

Sore itu seusai pulang dari pantai Waiwo, aku dan kak Nella masih berusaha mencari kapal untuk ke Wayag, Piaynemo, Misool, mana saja yang bisa kami datangi. Sebelum kami sampai ke daratan Waisai, Raja Ampat, kami sudah mencari informasi trip ke tiga tempat tersebut, rata-rata yang kami dapatkan trip dari Sorong. Tidak, yang kami butuhkan dari Waisai, karna tujuan utama kami adalah Waisai dan waktu hanya memungkinkan kami dari sini.

Driver yang menemani kami selama di Raja Ampat, membantu untuk mencarikan kapal dan teman untuk trip. Akan lebih baik trip di lakukan bersama, mengingat harga sewa kapal yang cukup fantastis di Raja Ampat. Namun belum ada hasil sore itu dari pak Umar, driver kami. Aku dan kak Nella berusaha keliling pasar sore itu, mencari kapal dan juga teman. Nihil, tidak kami temukan orang-orang seperti kami juga yang sedang berusaha mencari trip bersama. Kami bahkan sempat mencegat rombongan turis yang sedang jalan-jalan sore di dekat pantai Waisai Torang Cinta, berusaha ikut trip mereka. Sayang, mereka menolak kami ikut dengan alasan sudah cukup orang.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Tahun depan kita ke Raja Ampat bareng ya"
Begitu yang kami saling ucapkan saat di Fakfak, Papua Barat, September 2017. Kata-kata yang terus kami berdua ucapkan, hingga menjadi kenyataan. Setelah bolak balik reschedule jadwal, akhirnya kami berhasil menjejakkan kaki di tanah Raja Ampat, 14 Juli 2018.

Omongan bertuah, begitulah kira-kira. Tugas dari kantor membuat kami bisa melangkahkan kaki bersama, kembali lagi ke Papua. Kali ini ke Raja Ampat, tanah impian sejuta umat


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Menjelang magrib hari itu, kami kembali ke penginapan. Setengah pasrah tidak menemukan kapal. Receptionist hotel menyapa kami "Ketemu mbak?" kami menggelengkan kepala.
"Cuaca lagi nggak bagus mbak, ombak sedang tinggi", sedari siang beliau mengingatkan hal tersebut

Seusai mandi, kami bertemu dengan tamu hotel lainnya di lobby, mengobrol santai, dan memberi tahu tujuan kami masing-masing selama di Waisai. Tidak lupa kami utarakan keinginan kami besok hari minggu untuk berwisata namun masih belum menemukan trip. Pak Uccang, driver dari tamu hotel yang ikut mengobrol berjanji untuk membantu mencarikan kapal.
"Saya info dulu ya mbak di grup WA, siapa tau ada tamu dari hotel lain yang ingin berangkat", ujar pak Uccang dengan baiknya

Sambil menunggu kabar baik dari pak Uccang, aku dan kak Nella mencari makan malam. Ikan bakar tentu menjadi pilihan utama bila pergi ke timur Indonesia.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tepat jam 10 malam akhirnya kami deal kapal dengan Haji Basir, rekomendasi dari pak Uccang. Tidak ada rombongan lain yang bisa kami ajak, hanya kami berdua yang akan pergi. Sebelumnya ada tamu dari hotel lain yang ingin berangkat juga, namun sayang akhirnya mereka membatalkan.
"It's okay kak, kapan lagi. Kita sudah sampai sini. Sayang kalau tidak pergi", begitu yang ku katakan pada kak Nella malam itu.

Kami janji berangkat dengan Haji Basir jam 7 pagi. Dan di  jam 4 pagi, beliau kirim WA
"Ibu iya.. sepertinya pagi ini cuaca sangat extrim bu.. ombak.. cuma basah di speed, karna speednya terbuka. Ga apa kan bu?"

Kaget lah kami. Bagaimana ini, apakah aman untuk lanjut pergi? Haji Basir meyakinkan aman untuk pergi, dan menawarkan kapal yang lebih tertutup sebagai gantinya agak tidak terlalu basah. Namun, ganti kapal harus menambah biaya. Pusing lah aku dan kak Nella pagi itu. Kapal yang biasa saja sudah luar biasa mahal, ini malah ditawarkan kapal lain yang lebih mahal.

Akhirnya kami tetap dengan kapal yang awal. Kak Nella menyempatkan diri dulu ke pasar untuk membeli dua jas hujan sebagai persiapan kami melaut hari itu


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi itu kami benar-benar basah


Ada 4 destinasi yang akan kami kunjungi hari itu, di mulai dari Piaynemo, Teluk Bintang, Arborek, dan Pasir Timbul. Kami melakukan perjalanan tanpa sarapan terlebih dahulu, dan tidak membawa air minum! Begitu kapal jalan, kami kaget karna ombak langsung menghujani kami. Buru-buru aku langsung menyimpan hp, dan merapikan jas hujan. Butuh waktu 2 jam untuk mencapai Piaynemo, dan satu jam perjalanan kami benar-benar diombang-ambing, terkena ombak terus menerus. Aku melirik kak Nella, memperhatikan ekspresinya. Dia sama kagetnya dengan aku, namun mencoba tenang. "Baik, karna kak Nella juga tenang, lanjut Fi! Jangan minta balik, berdoa, inshaAllah sampai dengan selamat", pikirku waktu itu. Haji Basir sebagai pengemudi kapal terlihat sangat menikmati perjalanan pagi itu, dibantu oleh Elano, pemuda asli Raja Ampat.

Setelah satu jam, laut menjadi tenang, dan Haji Basir memuji kami berdua.
"Hebat mbak-mbak ini. Diem aja selama di kapal. Tamu lain udah minta pulang mbak begitu kena ombak", pujinya. Aku dan kak Nella hanya tertawa


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Begitu sampai di kawasan Piaynemo, kami diharuskan melapor terlebih dahulu di pos dan membayar biaya retribusi. Untuk biaya retribusi, sudah termasuk dengan harga sewa kapal sehingga aku dan kak Nella tidak perlu keluar uang lagi

 Piaynemo dari bawah, sebelum mendaki




Untuk naik ke atas relatif gampang karna disediakan tangga yang bagus. Katanya karna Jokowi mau datang, jadi dibangunlah tangga






Puas sekali rasanya hari itu, karna yang menikmati Piaynemo saat itu hanya kami berempat, baru saat kami akan pergi ke destinasi selanjutnya, rombongan dari Sorong tiba. Setelah dari Piaynemo, kami melanjutkan perjalanan ke Telaga Bintang.

Telaga Bintang tidak jauh dari Piaynemo, kalau tidak salah ingat hanya sekitar 10 menitan menggunakan kapal. Saat kami tiba, sedang ada pekerja dari Jawa yang sedang membangun dermaga dan jalan menuju ke atas tebing. Sayangnya, jalan ke atas belum jadi, sehingga kami harus memanjat tebing.

 Pemandangan dari bawah, sebelum mendaki




 Pemandangan dari atas


 Disebut telaga bintang karna bentuknya yang mirip bintang




Hanya ada kami saat itu di atas. Kalau ramai orang, tidak terbayangkan pasti susah mencari tempat untuk sekedar berdiri atau duduk. Disarankan memakai alas kaki yang proper ya kalau ke sini, karna tebingnya cukup tajam. Kalau tidak hati-hati bisa luka.

Nextnya kami menuju Arborek, sebuah pulau dengan perkampungan penduduk. Jaraknya sekitar 40 menit. Pulau ini sangat cantik, banyak wisatawan asing yang stay di sini karna Arborek adalah salah satu spot diving terbaik di Raja Ampat

 Arborek






Aku dan kak Nella ditraktir makan siang oleh Haji Basir di sini. Setelah makan, Haji Basir mempersilahkan kami untuk berenang dan snorkeling. "Ayo kak Nell kita rasain laut Raja Ampat", ajakku pada kak Nella. Awalnya kak Nella ragu untuk terjun, tapi setelah ku bujuk-bujuk akhirnya mau juga hehehe


 Tim tidak takut hitam. 


Yang awalnya ragu untuk terjun, jadi yang paling lama stay di air. Kesenangan ngasih makan ikan


Hebatnya Raja Ampat, kami berenang tidak jauh dari bibir pantai tapi pemandangan bawah laut yang kami dapatkan sungguh luar biasa. Kami bisa melihat terumbu karang yang sungguh cantik sekali, ikan yang banyak dan berwarni-warni, bahkan kami melihat schooling fish! MashaAllah, sungguh pengalaman yang luar biasa. Untuk aku, itu kali pertama aku berenang dengan jumlah ikan sebanyak itu dan pertama kalinya melihat schooling fish. Menyesal tidak punya kamera underwater saat itu tapi inshaAllah pengalaman hari itu akan diingat seumur hidup.

Ah, rasanya ingin menginap di Arborek dan mengulang pengalaman yang sama pada hari itu berkali-kali. Waktu sudah menjelang sore, kami bergegas untuk destinasi selanjutnya, Pasir Timbul.


Allah baik, pengunjungnya hanya kami


Tak lupa, menari-nari bahagia




Can you spot me?


Terimakasih pak Elano, sudah mengabadikan momen sehari jalan-jalan di Raja Ampat


Ga ngerti lagi sama cantiknya Pasir Timbul



Setelah dari sini, kami pulang. Rasanya nggak rela. Tapi inshaAllah kami pulang dengan jiwa yang dan energi yang penuh. Alam Raja Ampat telah mencharging energi baru pada kami hari itu. Ada perasaan bahagia yang kami bawa pulang, ada pemikiran baru, dan yang paling penting ada rasa syukur pada diri kami masing-masing. Sungguh Allah Maha Besar, Maha Baik, menciptakan alam Indonesia dengan segala keindahannya. Satu hari perjalanan menikmati Raja Ampat, satu hari yang tidak akan kami lupakan seumur hidup. Seperti perjalanan yang sudah-sudah, semoga bisa kembali ke Raja Ampat suatu hari nanti. Semoga bisa ke Wayag, ke Misool, dan tempat-tempat lain di Raja Ampat yang belum sempat kami kunjungi


Terimakasih Raja Ampat.


Ubiet's Story . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates